Warisan Topeng Misterius Gajah Mada

Warisan Topeng Misterius Gajah Mada

Warisan
Warisan Topeng Misterius Gajah Mada

indoarkeologi.xyz – EKSPANSI atau perluasan lokasi dikerjakan Kerajaan Majapahit semasa Gajah Mada jadi mahapatih. Bali jadi lokasi pertama di luar Pulau Jawa yang mengupayakan dikuasai oleh Majapahit demi pelaksanaan Sumpah Palapa Mahapatih Gajah Mada.

Sumpah itu ia ucapkan pas dilantik jadi Mahapatih Majapahit dan jadi pedoman politik nusantara. Wilayah Bali pulalah yang selanjutnya sukses ditaklukkan di luar Jawa oleh pasukan Majapahit. Kisah penaklukkan Bali dilukiskan didalam Kakawin Nagarakretagama pupuh XLIX/4 yang menyatakan, bahwa Bali udah dikuasai tahun saka 1265 atau mirip bersama tahun 1343 Masehi.

Ketika itu Raja Bali yang alpa dan rendah budi diperangi Gajah Mada gugur bersama bala tentaranya. Sejarawan Prof. Slamet Muljana mengemukakan, bagaimana politik nusantara yang dicetuskan Gajah Mada selanjutnya sanggup dimengerti kala penaklukan Bali. Apalagi Bali adalah pulau di luar Jawa yang paling dekat.

“Di sinilah banyak berkembang cerita bagaimana Gajah Mada itu muncul. Dari cerita-cerita yang beredar didalam penduduk rupanya ekspedisi militer ke Bali tahun 1343 itu dipimpin sendiri oleh Gajah Mada. Konon topeng Gajah Mada hingga saat ini tetap disimpan di candi Blabatuh,” tulis Prof. Slamet Muljana, pada bukunya “Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit”.

Topeng itu diakui sebagai pusaka, tidak boleh diamati sembarang orang. Untuk melihatnya diperlukan upacara keagamaan yang benar-benar mahal. Itulah sebabnya topeng itu tidak pernah dikeluarkan dari area simpanan.

Konon topeng itu pernah satu kali dibawa ke Jakarta pada zaman pemerintahan orde lama. Bahkan ada suatu sumber yang tunjukkan topeng itu pernah dipakai Presiden Indonesia ke dua Soeharto.

Tetapi satu perihal yang jadi satu pemikiran sejarah, berdasarkan Kakawin Pararaton maupun Nagarakretagama tidak pernah tunjukkan siapa orang tua Gajah Mada dan dari mana asalnya. Yang diketahui ialah bahwa pada suatu pas Gajah Mada jadi patih amangkubhumi di Kerajaan Majapahit seperti diuraikan didalam Pararaton dan Nagarakretagama.

Prasasti-prasasti yang dikeluarkan pada zaman Majapahit ada di antaranya yang menyebut nama Gajah Mada dan menyinggung jasa-jasanya selama memangku jabatan patih amangkubhumi. Namun tidak pernah dijumpai pernyataan perihal asal-usulnya.

Maka satu perihal yang tentu ialah bahwa Gajah Mada bukan orang bangsawan, keturunan tidak benar seorang raja negara bawahan, gelar yang disandangnya bukan dyah melainkan mpu. Ini berarti bahwa menurut alurannya Gajah Mada adalah keturunan orang kebanyakan. Hanya berkat jasa-jasanya kepada Kerajaan Majapahit, yang memicu Majapahit jadi kerajaan agung, maka nama Gajah Mada jadi masyhur atau terkenal.

Sudah sadar Gajah Mada bukan orang sembarangan, tetapi orang yang mempunyai bakat istimewa, kemampuan bertindak yang luar biasa. Itulah sebabnya maka didalam penduduk timbul berbagai dongengan perihal Gajah Mada, juga di Bali lokasi yang pernah ditaklukkan Majapahit.

Di pada dongengan-dongengan itu yang menarik perhatian ialah Babad Gajah Mada, yang ditemukan di Bali didalam wujud tulisan di atas lontar. Ternyata Babad Gajah Mada itu adalah usaha untuk menyatakan area asal dan asal awalnya Gajah Mada mempunyai bakat yang serba istimewa itu menurut alam anggapan penduduk Hindu di Bali.

Ceritanya mirip bersama cerita Ken Arok. Gajah Mada juga dikatakan putra Dewa Brahma seperti Ken Arok, lahir dari seorang pendeta wanita yang sedang bertapa. Meskipun kebenaran cerita itu tetap diragukan, tetapi karena cerita itu belum banyak diketahui oleh umum.

Created By indonesia arkeologi | Creative By indoarkeologi
indoPusaka