Riwayat Situs Arkeologi di Poso

indoarkeologi.xyz – Proyek PLTA Poso disebut berpotensi menyebabkan kerusakan situs arkeologi kuno di kurang lebih Danau Poso. Pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Gorontalo yang terhitung membawahi wilayah Sulteng apalagi pernah berikan peringatan kepada perusahaan lantaran menyebabkan kerusakan cagar budaya.
Menurut pihak BPCB Gorontalo tidak benar satu situs mutlak yang berisiko rusak karena aktivitas megaproyek selanjutnya adalah gua-gua yang merupakan kuburan kuno yang tersedia di tebing-tebing kurang lebih Danau Poso.
Bahkan, perusahaan yang mengeksploitasi Danau Poso untuk mendapat sumber daya itu pernah diberhentikan sementara aktivitasnya lantaran mengancam keberadaan situs tersebut.
“Salah satunya Gua Toyali. Waktu itu kebetulan saya yang langsung turun menghentikan sementara pekerjaan proyek di sana tahun 2019 dan minta penggeseran jalur proyek sehingga tidak berikan dampak negatif ke gua itu,” Kepala Unit Pengembangan dan Pemanfaatan Cagar Budaya BPCB Gorontalo, Romi Hidayat mengatakan, Senin (19/9/2022).
Situs Gua Toyali rusak saat perusahaan daya lakukan pengerukan tebing di pinggir sungai Danau Poso, di Kelurahan Tendeadongi tahun 2019 untuk membawa dampak jalur perusahaan. Jalan itu adalah bagian dari proyek pembuatan bendungan danau untuk beroleh daya listrik. Padahal, BPCB sudah mewanti-wanti pengerukan hanya boleh bersama jarak 25 meter dari situs.
Akibatnya, ditemukan kerusakan terhadap tulang-tulang dan gerabah yang terdapat terhadap gua kuburan prasejarah tersebut. Situs itu sendiri sudah masuk Daftar Registrasi Cagar Budaya Nasional dan terverifikasi tahun 2017. Pendataan oleh BPCB Gorontalo sudah dijalankan melalui aktivitas Inventarisasi Gua Kubur Prasejarah tahun 2016.
“Pelestarian terlalu mutlak di antaranya karena tersedia nilai budaya dan sebagai objek penelitian untuk pengembangan ilmu ilmu yang bermanfaat untuk kehidupan masa kini,” Romi menegaskan.
Merusak Nilai Sejarah Budaya Masyarakat Danau Poso
Situs kubur prasejarah di Gua Toyali itu hanya satu di antara belasan gua-gua serupa di kurang lebih Danau Poso. Iksam Djorimi, tidak benar satu arkeolog yang meneliti situs-situs selanjutnya mengungkap sejauh ini ditemukan 19 situs serupa di danau terbesar ke-3 itu terhitung di kurang lebih aliran sungainya.
Gua-gua yang tersedia di kurang lebih Daerah Aliran Sungai (DAS) punya ancaman kerusakan terbesar dari aktivitas perusahaan itu.
“Muara danau ke arah sungai Danau Poso itu tinggi potensi kerusakannya. Di tebing-tebing yang mengapit sungai itu banyak situs penting. Sementara tersedia aktivitas perusahaan terhitung di sana,” Iksam mengungkapkan, Senin (19/9/2022).
Di gua-gua kuburan prasejarah itu peninggalan arkeologi yang tersedia di antaranya tulang-tulang manusia, peti kuno wadah jenazah, serta benda peninggalan lainnya.
Iksam mengungkap penguburan di gua selanjutnya merupakan budaya prasejarah yang tersedia sampai zaman sejarah. Situs itu bernilai mutlak karena sanggup menjelaskan kebiasaan dan budaya di kurang lebih Danau Poso sementara ini, terhitung budaya-budaya lain di Indonesia. Di Poso sendiri khususnya kurang lebih danau kebiasaan penguburan di gua diyakini terasa berakhir sementara agama Kristen masuk, antara abad 19 dan 20.
Sementara itu, tokoh masyarakat mencemaskan hilangnya identitas dan ciri khas masyarakat Danau Poso khususnya Pamona jikalau tinggalan budaya selanjutnya hilang.
“Kami khawatir jikalau itu hilang, maka generasi seterusnya tidak akan memahami betapa kaya dan pentingnya nilai sejarah tempat ini, karena tidak tersedia kembali peninggalan yang mereka sanggup memandang dan pelajari,” Pendeta Yombu Wuri menandaskan.