Prasasti adalah Sumber Sejarah Berupa Dokumen

Prasasti adalah Sumber Sejarah Berupa Dokumen

Prasasti
Prasasti adalah Sumber Sejarah Berupa Dokumen

indoarkeologi.xyz – Prasasti adalah tidak benar satu wujud sumber histori bersifat dokumen. Dokumen ini memuat informasi yang diukir atau ditulis pada sarana batu atau batu bersurat. Dalam prasasti terdapat bermacam informasi berkenaan sejarah, seperti kronologis pemerintahan, kejadian mutlak pada era lalu, dan juga genealogi suatu kerajaan.

Prasasti amat mutlak bagi para peneliti histori karena sanggup beri tambahan kronologis suatu peristiwa. Untuk menulis prasasti, digunakanlah bermacam style aksara seperti Sanskerta, Jawa Kuna, Sunda Kuna, dan Bali Kuna. Aksara ini umumnya digunakan pada era lampau dan perlu kebolehan tertentu untuk membacanya.

Media yang paling lazim digunakan untuk menulis prasasti adalah batu, seperti andesit, batu kapur, pualam, dan basalt. Prasasti batu disebut upala prasasti, sedangkan prasasti logam yang umumnya terbuat dari tembaga dan perunggu disebut tamra prasasti. Ada pula prasasti yang ditulis di atas lontar atau daun tal, disebut ripta prasasti.

Agar lebih memahami, tersebut Liputan6.com ulas lebih mendalam berkenaan prasasti dan isinya, Jumat (28/4/2023).

Dokumen atau Piagam

Prasasti adalah sumber histori bersifat dokumen atau piagam yang ditulis pada bahan keras dan tahan lama, seperti batu atau logam. Penemuan prasasti pada sejumlah website arkeologi menandai akhir dari zaman prasejarah di Indonesia, di mana penduduk belum mengenal tulisan, dan memasuki zaman histori di mana penduduk udah mengenal tulisan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI menjelaskan prasasti adalah bersifat piagam (yang tertulis pada batu, tembaga, dan sebagainya). Di kalangan arkeolog, prasasti disebut inskripsi, sedangkan di kalangan orang awam, prasasti adalah sumber tertulis yang pakai sarana batu (batu tertulis) atau batu bersurat (seperti alat komunikasi).

Kata “prasasti” berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti “pujian.” Meskipun demikian, tidak semua prasasti punya kandungan puji-pujian kepada raja. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemdikbud RI menjelaskan bahwa prasasti adalah bersifat piagam, maklumat, surat keputusan, undang-undang atau tulisan.

Isinya

Sebagian besar prasasti adalah isinya bersifat ketentuan berkenaan penetapan sebuah desa atau tempat menjadi sirna atau tempat perdikan. Sima adalah tanah yang diberikan oleh raja atau penguasa kepada penduduk yang diakui berjasa. Oleh karena itu, keberadaan tanah sima dilindungi oleh kerajaan.

Isi prasasti lainnya bersifat ketentuan pengadilan berkenaan perkara perdata, yang disebut prasasti jayapatra atau jayasong. Prasasti ini terhitung sanggup memuat berkenaan kemenangan (jayacikna), utang-piutang (suddhapatra), dan kutukan atau sumpah.

Prasasti berkenaan kutukan atau sumpah hampir seluruhnya ditulis pada era kerajaan Sriwijaya. Ada pula prasasti yang memuat berkenaan genealogi raja atau asal usul suatu tokoh. Ini mengapa prasasti disebut pula sebagai peninggalan kerajaan.

Pada intinya, prasasti adalah sumber histori yang mutlak karena beri tambahan informasi berkenaan kehidupan dan kebudayaan penduduk pada era lampau.

Universitas Sains dan Teknologi Komputer atau STEKOM menjelaskan bahwa di pada bermacam sumber histori kuno Indonesia, seperti naskah dan berita asing, prasasti adalah sumber paling utama karena sanggup beri tambahan kronologis suatu peristiwa. Ada banyak hal yang memicu suatu prasasti amat untung dunia penelitian era lampau.

Penulisannya

Kemdikbud RI menjelaskan bahan yang digunakan untuk menuliskan prasasti adalah bersifat batu atau lempengan logam, daun, dan kertas. Selain andesit, batu yang digunakan adalah batu kapur, pualam, dan basalt.

Prasasti batu di dalam arkeologi disebut upala prasasti, sedangkan prasasti logam yang umumnya terbuat dari tembaga dan perunggu disebut tamra prasasti. Prasasti terhitung terbuat dari lembaran perak dan emas yang disebut ripta prasasti. Ada pula yang ditulis di atas lontar atau daun tal dan terbuat dari tanah liat atau pill yang disi agama Buddha.

Sementara itu, bahasa atau aksara yang digunakan pada prasasti atau di dalam penulisan prasasti adalah Sanskerta, Jawa Kuna, Sunda Kuna, dan Bali Kuna. Epigrafi adalah pengetahuan yang mempelajari berkenaan prasasti, terhitung tehnik penulisan, bahasa, dan mengisi dari prasasti itu sendiri.

Epigrafi terhitung mencakup belajar berkenaan histori dan kebudayaan suatu tempat berdasarkan prasasti yang ditemukan di tempat tersebut. Prasasti merupakan saksi bisu peradaban manusia pada era lampau dan menjadi bukti keberadaan sebuah kerajaan atau peradaban pada era itu.

Masih mengutip dari sumber yang sama, menurut catatan histori prasasti tertua di Indonesia berasal dari abad ke-5 Masehi, yakni prasasti Yupa dari kerajaan Kutai, Kalimantan Timur. Prasasti ini memuat berkenaan hubungan genealogi pada era pemerintahan raja Mulawarman.

Prasasti Yupa ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Pada periode abad ke-8 hingga ke-14, berjalan peningkatan kuantitas pengeluaran prasasti di Indonesia. Pada era itu, aksara yang banyak digunakan adalah Pallawa, Prenagari, Sanskerta, Jawa Kuna, Melayu Kuna Sunda Kuna, dan Bali Kuna.

Kemudian, dijelaskan pula bahwa di Indonesia, pengertian moderen berkenaan prasasti adalah seringkali perihal dengan postingan pada batu nisan atau gedung, terlebih saat peresmian suatu proyek pembangunan. Hal ini seringkali dilakukan oleh pejabat negara seperti Presiden, Wakil Presiden, Menteri, atau Kepala Daerah dengan langkah pengguntingan pita dan penandatanganan prasasti.

Oleh karena itu, makna prasasti masih digunakan hingga saat ini. Meskipun pemanfaatan prasasti di dalam konteks moderen tidak senantiasa punyai kaitan dengan histori atau kebudayaan, tetapi prasasti senantiasa menjadi bagian mutlak di dalam keberlangsungan kebudayaan Indonesia.

Created By indonesia arkeologi | Creative By indoarkeologi
indoPusaka