Peninggalan indonesia Yang Tersebar Di Dunia

Peninggalan indonesia Yang Tersebar Di Dunia

Peninggalan indonesia Yang Tersebar Di Dunia

Peninggalan indonesia
Peninggalan indonesia Yang Tersebar Di Dunia

indoarkeologi.xyz, Peninggalan indonesia – Kolonialisme dan imperialisme bangsa Eropa terhadap lokasi jajahan menyisakan sebagian persoalan sampai kini, keliru satunya adalah penjarahan dan perampasan aneka artefak budaya pusaka bersejarah. Hindia Belanda (kini Indonesia) tak luput berasal dari tindakan perampasan dan pemboyongan artefak purbakala ke luar negeri terhadap kurun abad ke-19 sampai paruh pertama abad ke-20. Pelakunya kolektor barang antik pribadi, pemerintah kolonial, atau museum.

Pameran repatriasi di Galeri Nasional, Jakarta, terhadap akhir 2023, menggambarkan sebagian buah berasal dari upaya repatriasi aneka artefak asal Indonesia. Repatriasi ini merupakan upaya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi bersama Museum Nasional untuk mengembalikan histori dan identitas nasional. Namun, masih tersedia sebagian artefak purbakala asal Indonesia yang masih berada di luar negeri.

Dewi Prajnaparamita adalah perwujudan kebijaksanaan dan ilmu tertinggi di dalam ajaran Buddha Mahayana. Prajnaparamita diekspresikan duduk di dalam posisi vajraparyanka. Kedua tangan di dalam posisi dharmacakramudra yang melambangkan pemutaran roda dharma. Lengan kirinya mengempit sebatang utpala (teratai biru), yang di atasnya terdapat naskah lontar Sutra Prajnaparamita. Arca ini ditemukan terhadap 1819 di Singhasari. Arca ini dibawa ke Leiden, Belanda, terhadap 1820 dan ulang ke Indonesia terhadap 1978.

Koleksi Arca Masa Singhasari

Sejak dibikin terhadap abad ke-14, sebagian arca ini berada di Candi Singhasari, Malang, Jawa Timur, sampai 1808. Pada kurun 1808-1817, arca Durga, Ganesha, Nandiswara, dan Mahalaka dipindahkan ke Taman De Vrijheid di Semarang. Sementara arca Agastya selamanya berada di lokasi candi. Kemudian, terhadap 1817 tersedia yang dipindahkan ke Buitenzorg dan ke Batavia. Pada 1828 dan 1841, sejumlah arca ini dikirim ke Museum Nasional Benda Antik di Leiden, Belanda. Selanjutnya terhadap 1904-2022, disimpan di Museum Volkenkunde, Leiden. Pada 2023, sebagian arca ini diserahkan ke Museum Nasional Indonesia, Jakarta.

Durga adalah sakti (pasangan) Siwa. Arca ini menggambarkan Dewi Durga sedang mengalahkan Mahisasura (raksasa kerbau). Lokasi asli arca ini di area utara Candi Singhasari. Ganesha dipercaya sebagai dewa ilmu ilmu dan penyingkir rintangan. Ganesha diekspresikan berkepala gajah bersama tangan membawa kapak, tasbih, dan mangkok berisi ilmu yang dihisap belalainya. Awalnya terletak di area timur Candi Singhasari.

Nandiswara adalah perwujudan Nandi wahana Siwa di dalam bentuk dewa yang membawa trisula. Mahakala menggambarkan Siwa sebagai penguasa pas di dalam bentuk kroda (menakutkan), membawa belati dan gada. Nandiswara dan Mahakala adalah penjaga gerbang Siwaloka. Aslinya ke-2 arca ini berada di relung sisi barat mengapit pintu masuk candi sebagai penjaga gerbang.

Koleksi Pangeran Diponegoro

Sejumlah benda pusaka punya Pangeran Diponegoro dikembalikan ke Indonesia terhadap 2020 dan 2023, pada lain keris Nogo Siluman dan tombak Kiai Rondhan. Tombak Kiai Rondhan tertinggal di Pegunungan Gowong, Jawa Tengah, ketika Pangeran Diponegoro disergap pasukan Belanda.

Koleksi Museum Nusantara

Museum Nusantara (sebelumnya bernama Museum Etnografi Saint Agatha) di kota Delft, Belanda, tutup terhadap 6 Januari 2013. Sebanyak 1.500 koleksi artefak etnografi berasal dari museum ini dikembalikan ke Museum Nasional terhadap Desember 2019.

Koleksi Puputan Klungkung
Perang Puputan Klungkung pecah terhadap 28 April 1908 ketika pasukan KNIL Hindia Belanda menyerbu Kerajaan Klungkung di Bali. Raja Klungkung Dewa Agung Jambe II gugur di dalam perang dan sebagian benda pusaka dijarah berasal dari Puri Smarapura, keliru satunya keris pusaka Klungkung. Keris ini sempat disimpan di Museum Volkenkunde, Leiden, dan ulang ke Indonesia terhadap 2023.

Koleksi Pusaka Rampasan Kerajaan Lombok

Pada 1894, pemerintah kolonial Hindia Belanda menyerbu Kerajaan Lombok dan menjarah harta pusaka kerajaan. Harta yang direbut pada lain intan 75 karat, 230 kg emas, 7.000 kg perak, serta tiga peti permata dan batu mulia. Sebagian harta ini dikembalikan oleh Museum Volkenkunde, Leiden, terhadap 2023.

Akan tetapi kini di Belanda masih tersedia artefak pusaka purbakala yang belum dikembalikan ke Indonesia. Antara lain arca Bhairawa berasal dari Singhasari abad ke-14 yang kini berada di Museum Volkenkunde di Leiden, serta Keris Knaud berangka tahun 1342 berasal dari zaman Majapahit yang kini tersedia di Tropenmuseum, Belanda.

Prasasti Sangguran (Prasasti Minto) kini tersimpan di perkebunan Minto Estate, Skotlandia, Inggris Raya. Prasasti ini dihadiahkan Sir Thomas Stamford Raffles kepada Lord Minto yang berkedudukan di India terhadap 1812. Prasasti ini lantas diboyong ke Skotlandia. Prasasti berangka tahun 928 ini berasal berasal dari Kota Batu, Jawa Timur, yang menyebut nama Raja Wawa berasal dari kerajaan Mataram Kuno. Prasasti ini diakui sanggup menjawab proses pindahnya pusat kekuasaan kerajaan Jawa berasal dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Artefak penting lain yang masih tersimpan di Inggris adalah naskah Sunda Bujangga Manik berasal dari awal abad ke-16. Naskah lontar ini tersimpan di Perpustakaan Bodleian, Universitas Oxford, Inggris, sejak 1627.

Beberapa artefak Jawa kuno dibawa ke India terhadap era Inggris berkuasa di Hindia Belanda (1811-1816). Artefak tersebut, pada lain, Prasasti Pucangan (Prasasti Kalkuta) berangka tahun 1041 yang dibawa oleh Sir Thomas Stamford Raffles dan kini tersedia di Museum India di Kolkata. Prasasti ini penting dikarenakan menceritakan Raja Airlangga yang mempersatukan ulang kerajaan Jawa yang sempat tercerai-berai sehabis dikalahkan musuh.

Arca Manjusri berasal dari Candi Jago, Malang, Jawa Timur, abad ke-13 adalah keliru satu arca Jawa kuno yang unik dikarenakan menampilkan Bodhisatwa Manjusri sedang mengayunkan pedang. Pada bagian stela (sandaran) terukir prasasti Manjusri yang menyebut nama Rajapatni dan Adityawarman. Artefak ini kini tersimpan di Museum Ermitaz, Saint Petersburg, Rusia. Sejak 1865, arca ini berada di Museum Etnologi, Berlin, Jerman, sampai jatuhnya Berlin ke tangan Uni Soviet terhadap Perang Dunia II. Arca ini diboyong ke Rusia terhadap 1945. Arca yang tersedia di Museum Nasional merupakan cetakan duplikat.

Raja Chulalongkorn (Raja Rama V) berasal dari Kerajaan Siam (kini Thailand) berkunjung ke Hindia Belanda terhadap 1871, 1896, dan 1901. Raja Siam ini memboyong koleksi benda seni dan barang antik, seperti batik klasik dan artefak purbakala Jawa kuno, berasal dari sebagian candi. Artefak yang diboyong, pada lain, arca Ganesha berasal dari Singhasari dan delapan gerobak artefak berasal dari Candi Borobudur terhadap 1896, yang terdiri atas arca Dwarapala, arca Buddha, ukiran kala, serta bas-relief bagian berasal dari pagar langkan Borobudur. Kini, beragam artefak berikut tersimpan di Museum Nasional Bangkok, Grand Palace, dan Wat Phra Keaw.

Created By indonesia arkeologi | Creative By indoarkeologi
indoPusaka