Mitos Ilmu Hitam Luntur Saat Melintasi Plengkung Gading

Mitos Ilmu Hitam Luntur Saat Melintasi Plengkung Gading

Mitos
Mitos Ilmu Hitam Luntur Saat Melintasi Plengkung Gading

indoarkeologi.xyz – Plengkung Gading adalah tidak benar satu bangunan bersejarah di Yogyakarta. Plengkung atau gapura pintu merupakan satu anggota dari Keraton Yogyakarta.

Dikutip dari bermacam sumber, terhadap zaman dahulu plengkung merupakan gerbang utama sebelum saat memasuki wilayah keraton. Keraton Yogyakarta punya lima gerbang utama, yakni Plengkung Taruno siro di sisi Utara, Plengkung Madyasuro di sisi Timur, Plengkung Jagabaya di sisi Barat Daya, Plengkung Jaga Suro di sisi Barat, dan plengkung Nirbaya atau Gading terletak di sisi Selatan.

Plengkung Gading atau Nirbaya bermakna bebas dari bahaya duniawi. Selain sebagai website bersejarah, plengkung ini terhitung punya sederet mitos yang beredar di masyarakat.

Mitos paling kondang adalah raja yang tetap bertahta tidak boleh lewat Plengkung Gading. Sejak masa pemerintahan Sultan HB I, Plengkung Gading tidak boleh dilalui oleh sultan yang tetap hidup.

Plengkung yang terletak di sisi selatan Keraton Yogyakarta ini, menjadi hanya satu pintu terlihat raja yang sudah wafat, yang hendak dimakamkan di Imogiri. Raja cuma boleh lewat 4 plengkung lainnya sementara hendak pergi maupun menuju Keraton Yogyakarta.

Akan tetapi mitos ini berlaku sebaliknya bagi orang awam dengan sebutan lain masyarakat umum. Justru sementara ada masyarakat biasa yang meninggal, mereka tidak boleh lewat Plengkung Gading.

Selain raja yang tetap bertahta tidak boleh lewat plengkung ini, ada kepercayaan mereka yang punya ilmu hitam dan lewat Plengkung Gading dapat hilang atau luntur ilmunya.

Terlepas dari mitos-mitos yang mengikuti, Plengkung Gading menjadi website bersejarah yang kaya dapat makna. Pada anggota atas, terkandung ukiran burung yang tengah menghisap sari dari bunga, atau yang dalam bahasa Jawa disebut Lajering Sekar Sinesep Peksi.

Ukiran ini pun punya arti kapan Plengkung Gading didirikan. Lajering bermakna satu, sekar bermakna sembilan, sinesep bermakna enam, dan peksi bermakna satu. Dari sini bisa diketahui Plengkung Gading didirikan th. 1961.

Plengkung Gading menjadi hanya satu plengkung yang punya akses untuk menuju ke anggota atas plengkung. Tangga di sisi utara bisa dimanfaatkan wisatawan untuk menyaksikan Kota Yogyakarta. Dulunya, anggota atas Plengkung Gading digunakan sebagai benteng penjagaan.

Created By indonesia arkeologi | Creative By indoarkeologi
indoPusaka