Misteri 3 Patung di Belakang Kantor Balai Kota
indoarkeologi.xyz – TAMAN Rekreasi Kota (Tarekot) Malang merupakan taman wisata yang terkenal di masanya. Taman rekreasi yang berada tepat di belakang kantor Balai Kota Malang ini dimanfaatkan sebagai kolam renang dan taman bermain dahulunya.
Tak banyak yang mengetahui di balik ikoniknya tempat wisata di kawasan kompleks perkantoran Pemerintah Kota (Pemkot) Malang menyimpan misteri tersendiri.
Kini wilayah taman wisata yang dulunya ramai sudah sepi, pembangunan gedung Mini Block Office Balai Kota Malang, mengakibatkan taman wisata ini hanya difungsikan sebagai tempat parkir mobil, sepeda motor, dan beberapa kendaraan dinas terasa bus, truk, hingga kendaraan roda tiga punya Pemerintah Kota (Pemkot) Malang.
Di sedang sejumlah mobil-mobil dan kendaraan bermotor inilah misteri-misteri mengenai tempat wisata terbengkalai ini berkembang. Apalagi tersedia energi khusus berasal dari beberapa wilayah dan bangunan tepat di tepi Sungai Brantas ini.
Selain makam misterius yang tersedia di tempat parkir belakang Balai Kota Malang, yang termasuk jadi bagian berasal dari wilayah Taman Rekreasi Kota (Tarekot) Malang, tersedia benda semacam tiga patung dan tandon air yang konon menyimpan misteri.
Berdasarkan penelusuran MNC Portal, situasi menjelang malam sebenarnya dipenuhi energi kuat di segi paling timur berasal dari tempat parkir belakang Balai Kota Malang, yang berdekatan dengan kolam renang Tarekot. Area ini sebenarnya dipenuhi beberapa pohon besar dengan energi yang kuat.
Rindangnya pepohonan akan bergeser dengan kesan mistis waktu malam tiba. Terlebih keberadaan dua patung menghadap ke barat laut, dan satu patung anoman yang berada di atas tandon air menghadap ke utara ke arah balai kota.
Menariknya tiga patung ini membawa energi berbeda-beda yang konon jadi representasi makhluk tak kasat mata penjaga mata air yang jadi penyuplai ke Balai Kota Malang.
Patung laki-laki Arjuna dan perempuannya lebih-lebih bola matanya dapat bergerak sendiri waktu didatangi orang.
Hal ini terlihat berasal dari energi residual yang dirasakan waktu penelusuran di sore menjelang petang di lokasi.
Sementara patung Hanoman yang berada di atas tandon sebenarnya mempunyai energi lebih kuat dan seolah jadi raja berasal dari dua patung lainnya.
Tetapi energi ketiga patung tersebut masih kalah dibanding dengan energi makhluk tak kasat mata di kira-kira tempat sumber air. Sosok kakek tua dan makhluk tinggi besar berbulu hitam setinggi pohon nampak perlihatkan eksistensinya.
Sementara beberapa ayunan termasuk dihuni energi residual makhluk tak kasat mata yang kerap iseng mobilisasi ayunan tersebut. Wujud anak kecil tak nampak termasuk dapat terasa di wilayah ini, tak jarang sosok anak kecil inilah yang mencoba menggoda dan mengajak main.
Pemerhati budaya Agung H. Buana menjelaskan, tiga patung ini awalannya tidak berlokasi di taman wisata yang kini tak kembali berfungsi, namun sebab proses pencarian sumber mata air hingga berpuluh-puluh meter dalamnya yang dilaksanakan sepanjang berhari-hari tak termasuk mendapatkan diputuskan gunakan langkah supranatural.
Dari sanalah diperoleh kesepakatan dengan makhluk tak kasat penunggu sumber mata air untuk menyimpan patung di wilayah tersebut.
“Beberapa masukan warga dan sesepuh di sini Sumber-sumber air di kira-kira balai kota tersedia penunggunya dan menjaga secara spiritual. Ada dua sumber besar di sini dan kolam renang besar. Sumber inilah kebutuhan air balai kota terpenuhi. Syarat (penunggu sumber mata air ini) yang dimintakan minta dipasangkan patung ini,” ucap Agung Buana.
Menurutnya, patung ini awalannya berada di rumah dinas wali kota waktu sedang dijabat oleh Soesamto yang menjabat antara th. 1988 hingga 1998. Patung itu sebenarnya sengaja dibuat dan diletakkannya di depan rumah yang dianggap sebagai bagian berasal dari penjaga rumah wali kota waktu itu.
Menariknya tersedia kisah misteri sendiri dikatakan Agung, pada tiga patung sebelum akan kelanjutannya dipindahkan ke kawasan Tarekot belakang Balai Kota Malang pada th. 2013.
Saat berada di rumah dinas wali kota, patung tersebut membawa sebuah busur dan panah yang mengarahkannya ke luar rumah membelakangi rumah, yang dipercaya dapat jadi tolak bala atau membentengi berasal dari hal-hal yang tak baik, sebab energi yang dimilikinya.
“Tetapi entah gimana ceritanya waktu hendak dipindahkan ternyata patung itu berbalik arah memanahnya, mengarahkan busur panahnya ke di dalam rumah. Kalau orang Jawa kan nggak baik makanya dipindah,” ungkap dia.
Cerita mistis lain singgah berasal dari beberapa staf yang terlibat pemindahan patung termasuk Agung. Dimana awalannya tiga patung tersebut dipindahkan di th. 2013 berasal dari rumah dinas wali kota ke belakang Balai Kota Malang.
“Ternyata tersedia staf saya yang diimpeni (dimimpiin) penjaganya untuk minta dipindahkan di dekat tandon air,” ucapnya.
Akhirnya tiga patung itu dipindahkan ke wilayah dekat tandon air yang sekaligus jadi sumber mata air yang jadi tumpuan pengairan di kawasan Balai Kota Malang.
Alhasil, konon lancar tidaknya aliran air di kawasan Balai Kota kini termasuk terkait pada sosok penunggu sumber mata air yang tersedia di belakang Balai Kota Malang.
Hingga kini ketiga patung itu jadi hiasan di sudut Tarekot. Ketiga patung ini jadi saksi bisu perjalanan kawasan pusat pemerintahan Kota Malang yang akan genap berusia 108 th. pada 1 April 2022 ini.