Menilik Prasasti Watu Gilang dan Waktu Gatheng

indoarkeologi.xyz – Tak jauh di selatan Masjid Agung Mataram Kotagede, tepatnya di kampung Kedaton, terdapat watu gilang dan watu gatheng (cantheng). Keduanya tersimpan si sebuah bangunan kecil yang berada di tengah-tengah jalan yang diberi nama sesuai bersama batu-batu tersebut.
Mengutip pariwisata.jogjakota.go.id, watu gilang dipercaya sebagai tahta raja-raja Mataram-Islam. Watu gilang ini miliki bentuk bersifat papan batu berwarna hitam legam.
Terdapat prasasti yang ditulis bersama beragam bhs yang terletak di segi atas batu tersebut. Meski dipercaya sebagai tahta raja-raja Mataram-Islam, tapi manfaat keberadaan watu ini termasuk tetap menjadi misteri.
Sementara itu, watu gatheng miliki bentuk bersifat tiga batu bersifat bulat. Batu-batu selanjutnya bersifat bulat masif menyerupai bola yang berwarna kekuning-kuningan.
Menurut legenda yang dipercaya masyarakat setempat, ketiga batu bersifat bulat bola selanjutnya adalah alat permainan Pangeran Rangga. Pangeran Rangga merupakan tidak benar seorang putra Panembahan Senopati.
Namun, ada termasuk yang berpendapat bahwa batu-batu selanjutnya merupakan peluru meriam kuno. Pada jaman pemerintahan Sultan Agung di Mataram, sebenarnya terdapat meriam berukuran besar yang diberi nama Pancawura.
Meriam selanjutnya kini berada di halaman Pagelaran Keraton Surakarta. Konon, meriam ini dulu dicoba untuk penyerangan ke Batavia, tapi ternyata sukar untuk dilaksanakan gara-gara ukurannya yang besar.
Selain itu, layanan dan prasarananya pun tidak memadai. Terlepas dari fungsinya di jaman lalu, kini watu gilang dan watu gatheng Kotagede Yogyakarta tetap tersimpan rapi sebagai tidak benar satu peninggalan kuno.