Melihat Benda-Benda Pusaka Kerajaan Gowa

Melihat Benda-Benda Pusaka Kerajaan Gowa

Melihat
Melihat Benda-Benda Pusaka Kerajaan Gowa

indoarkeologi.xyz – Keluarga Kerajaan Gowa bersama dengan Pemerintah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan menggelar formalitas pencucian benda pusaka yang dikenal sebagai “Accera Kalompoang“.

“‘Accera Kalompoang‘ merupakan formalitas pencucian benda-benda pusaka Kerajaan Gowa yang merupakan formalitas sakral bagi masyarakat,” ujar salah satu keturunan Raja Gowa, Andi Kumala Idjo di Gowa, Minggu.

Ia menyebutkan formalitas itu dijalankan di Museum Balla Lompa Kabupaten Gowa yang pada lain dihadiri Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan, Wakil Bupati Gowa Abd Rauf Malaganni, keluarga Kerajaan Bone dan Karaeng Polongbangkeng.

Ia menyebutkan “Accera Kalompoang” mampu terlaksana bersama dengan baik atas perlindungan Pemerintah Kabupaten Gowa dan pihak-pihak lainnya.

“Saya lebih-lebih dahulu memberikan kepada keluarga bahwa acara ‘Accera Kalompoang’ dapat kembali dijalankan sesudah dua tahun tidak terlaksana. Saya optimis ini dijalankan bersama dengan aman dikarenakan juga mendapat dukungan segera Kapolres Gowa,” katanya.

Kumala Idjo memperlihatkan sempat terjadinya kesalahpahaman pada Kerajaan Gowa dan pemerintah dikarenakan memang ada pihak-pihak yang tidak senang memandang persatuan dan kesatuan pada pemerintah area dan keluarga besar kerajaan.

Adanya apresiasi Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan kepada keluarga kerajaan mengakibatkan pihaknya berkomitmen untuk konsisten menolong pemerintah area didalam membangun area itu jadi lebih baik.

“Bapak Bupati Gowa kami adalah pemuda yang mempunyai analisis yang cemerlang ke depan dan ini yang kudu kami dukung. Apa yang telah berlangsung sebelum-sebelumnya tidak kudu kembali dipermasalahkan. Karena yang mutlak kala ini adalah sama-sama bersatu dan menolong Kabupaten Gowa semakin lebih maju,” katanya.

Bupati Adnan memberikan pentingnya seluruh kalangan penduduk bersyukur dikarenakan mampu kembali melaksanakan ritual Kerajaan Gowa.

“Kedatangan kami menghadiri dan memandang segera sistem pencucian benda-benda pusaka ini tidak lain dikarenakan kami mempunyai target dan cita-cita yang sama, yaitu memandang dan menjaga budaya dan formalitas leluhur,” ungkapnya.

Ia menyebutkan pelaksanaan ritual “Accera Kalompoang” memperlihatkan bahwa tidak ada yang berat untuk dijalankan jika hal itu dijalankan secara bersama-sama.

“Digelarnya kembali ritual ini memperlihatkan prinsip kami bersama dengan untuk konsisten menjaga persatuan, juga pula formalitas para leluhur kita. Saya atas nama pemerintah memberikan terima kasih sebesar-besarnya atas perlindungan kami semua, baik keluarga kerajaan dan pemerintah, maka ritual ini mampu berlangsung bersama dengan terlampau baik,” ujarnya.

Ia menyebutkan “Accera Kalompoang” dijalankan kembali sesudah dijalankan pencabutan laporan ke Mabes Polri oleh kedua pihak, yaitu keluarga Kerajaan Gowa dan Pemkab Gowa.

“Ini juga tidak terlepas berasal dari perlindungan Kapolres Gowa yang ikut membantu. Dalam hal ini menolong memediasi ke jajaran Mabes Polri,” katanya.

Ia berharap pemerintah dan kerajaan mampu konsisten bersama membangun Kabupaten Gowa agar semakin maju dan berkembang terhadap masa dapat datang.

15 Benda Pusaka

Tradisi “Accera Kalompoang” merupakan warisan budaya tak benda yang telah diberikan sertifikat oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terhadap 10 Oktober 2018.

Benda-benda pusaka kerajaan itu hanya mampu dikeluarkan berasal dari tempatnya satu kali didalam setahun, yaitu kala pencucian benda atau “Accera Kalompoang”.

Sebanyak 15 benda pusaka yang dicuci didalam formalitas itu, yaitu solokoa atau mahkota terbuat berasal dari emas murni, sudanga atau sebilah senjata sejenis kelewang (sonri) berasal dari besi putih, ponto janga-jangaya atau gelang berwujud naga melingkar, kolara atau rante kalompoang berbahan emas murni.

Kemudian ada tatarapang atau sejenis keris emas bertahta permata dan besi tua sebagai pelengkapnya, lasipo atau parang berasal dari besi tua, mata tombak, berang manurung atau sejenis parang panjang.

Selain itu, bangkarata’roe atau perhiasan layaknya anting-anting terbuat berasal dari emas murni, kancing gaukang atau kancing bulaeng terbuat berasal dari emas murni, cincin gaukang atau cincin berasal dari emas murni dan perak sejenis batu, tobo kaluku atau rante manila sejenis emas sebagai perlengkapan upacara khusus kerajaan, pannyanggayya atau parang emasang terbuat berasal dari rolan dan berambut ekor kuda, penning emas atau medali emas, dan piagam penghargaan terbuat berasal dari emas murni.

Leave a Reply

Created By indonesia arkeologi | Creative By indoarkeologi
indoPusaka