Makam Prasasti Terdapat Istri Raffles dan Kapten Tack

indoarkeologi.xyz – OLIVIA Mariamne Raffles adalah istri Thomas Stamford Raffles (gubernur Hindia Belanda terhadap masa pemerintahan Inggris 1811-1816 ). Ia meninggal di Buitenzorg (Bogor) di dalam usia 43. Jasadnya dimakamkan di Taman Makam Museum Prasasti, Jakarta Pusat.
Kemudian Raffles mendirikan tugu kenangan baginya di Kebon Raya Bogor. Semasa hidupnya, istrinya dikenal sebagai pengagum tumbuh-tumbuhan. Dia juga pencetus pengembangan Kebun Raya Bogor.
Menurut Alwi Shahab di dalam tulisannya, bukan hanya warga Ibu Kota yang pernah dimakamkan di sini. Prasasti itu juga diambil berasal dari beragam daerah di Nusantara.
Ada nama Mayor Jenderal JHR Kohler, bekas panglima Belanda terhadap Perang Aceh yang meninggal 14 April 1873 oleh para pejuang tanah rencong.
Bisa dijumpai makam yang disebut-sebut bernama Kapiten Jas. Uniknya, makam kapiten Jas yang terletak di tengah museum dan di bawah pohon rindang, sejak lama diziarahi banyak orang. Bukan berasal dari golongan Kristen saja, namun juga penganut Islam.
Padahal, kapten Jas, menurut Dr FH de Haan di dalam Oud Batavia memang tokoh legendaris yang tidak pernah ada. Legenda ini keluar awal VOC kira-kira 350 tahun lalu. Karena itu, orang yang meninggal dunia sementara itu disebut naar kapiten Jas gaan (pergi ke kapiten Jas).
Sedangkan di pada tokoh pendidikan terkandung Dr HF Roll yang meninggal di Batavia 20 September 1935. Ia adalah pencetus ide dan pendiri Stovia (Sekolah Tinggi Dokter Indonesia) yang merupakan cikal akan berdirinya Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Salemba, Jakarta Pusat. Sebelumnya FKUI ini bernama Sekolah Dokter Jawa yang didirikan 1851.
Dimakamkan pula MD Johan Maurits van Happel, kapten kaveleri VOC di Batavia, meninggal Juni 1690 di dalam usia 36 tahun. Lalu Jacob van Almonde, kepala perdagangan pertama kastil (benteng) Batavia, lahir 31 Juli 1641, meninggal 1707.
Ada juga batu nisan Pieter Janse van Hoorn (1619-1682), istri, anak laki-laki dan perempuannya serta menantunya Kapten F Tack yang gugur di Kartasura, dekat Solo, Jawa Tengah. Perwira yang diunggulkan kompeni ini tewas di tangan Untung Surapati, bekas budak berasal dari Bali di dalam suatu pertempuran 1686.
Di museum ini juga terkandung makam seorang ahli peristiwa perpustakaan di Indonesia dan juga ahli kesusteraan Jawa Kuno, Dr JLA Brandes, yang sudah banyak menguasai tulisan-tulisan yang terkandung di batu ataupun logam (prasasti). Sejak 9 Juni 1897, ia diangkat menjadi ahli perpustakaan terhadap Bataviasch Genootschap (Museum Nasional sekarang).
Sampai tahun 1940-an Jl Tanah Abang I, Jakarta Pusat bernama Kerkhoflaan. Kerkhof di dalam Belanda berarti kuburan atau daerah pemakaman. Di jalur ini terkandung kuburan besar untuk warga Kristen, yang sementara itu luasnya 5,9 hektare. Kuburan tersebut tinggal 1,2 hektare, setelah 4,7 hektare dijadikan gedung kantor Wali Kota Jakarta Pusat.
Lahan bekas pemakaman warga Belanda ini pernah dikenal dengan sebutan Kebon Jahe Kober, dibangun terhadap 1795. Kebon Jahe Kober merupakan salah satu kampung yang penghuninya sebagian besar etnis Betawi. Kampung ini letaknya bersebelahan dengan pemakaman.
Pada Juli 1977, gubernur Ali Sadikin sudah menjadikannya sebagai ‘Museum Prasasti’, nama baru untuk sebagian pekuburan lama yang sudah ditutup sejak 1975. Koleksi yang tersimpan di sini sebanyak 1.409, terdiri berasal dari model prasasti wujud nisan, tugu, monumen, piala, lempeng batu persegi, replika, miniatur, dan beragam wujud lainnya.