Cara Melawan Teror Benda Keramat
indoarkeologi.xyz, Film Pusaka garapan sutradara Rizal Mantovani dari tempat tinggal memproses MVP Pictures akan tayang 18 Juli 2024. Film ini berkisah perihal teror mengerikan yang terjadi di tempat tinggal tua milik kolektor bernama Risang Wisangko.
Di di dalam rumah, terdapat bermacam peninggalan bersejarah layaknya arca, prasasti, hingga senjata pusaka berusia ratusan tahun. Rumah berikut pun diwariskan ke dua anaknya, Randi dan Bian. Keduanya selanjutnya merenovasi tempat tinggal warisan itu jadi museum, dibantu oleh tim arkeolog, Prof. Dirga, Mayang, dan Darmo.
Namun, pada suatu hari di sedang pengerjaan renovasi terdapat bencana yang meneror. Suatu kutukan dari sebuah benda pusaka terlepas dan menghantui kehidupan orang-orang yang terlibat di dalam pengerjaan renovasi rumah.
“Horor kali ini, terjadi pada orang modern, metropolitan. Selain itu, premisnya, perihal sekelompok orang, itu seluruhnya berjuang untuk hidup. Membunuh atau dibunuh,” kata sutradara Rizal Mantovani selagi konferensi pers film Pusaka di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat, (12/7).
Produser film Pusaka, Amrit Punjabi, menambahkan di film ini ia menghendaki menonjolkan film horor yang bersumber dari cerita rakyat. Ide cerita yang dikembangkan dari tim kreatif MVP Pictures ini terhitung turut menyelipkan kisah perihal Mpu Gandring, pembuat keris pada jaman lampau.
“Pengennya adalah dari film ini orang jadi menyadari perihal Mpu Gandring, sejarah, cerita rakyat, dan diolah jadi suatu hal yang bermakna. Ada banyak cerita perihal benda pusaka yang dikeramatkan, yang wajib dijaga bersama baik. Dengan mengangkat cerita ini, kami bukannya rela mengakibatkan kerusakan tetapi menambahkan peringatan sehingga pirsawan terhitung mampu menghormati benda-benda peninggalan histori dan tidak dijadikan mainan,” kata Amrit.
Susan Sameh, yang turut membintangi film Pusaka mengutarakan pengalamannya selama produksi. Susan yang memerankan Hana, selama syuting menguras energi. Untuk buat persiapan adegan, ia wajib meminta selagi lima hingga 10 menit sehingga mampu meresapi kondisi yang terjadi di di dalam cerita.
“Aku menghendaki masuk ke adegan itu bersama kondisi mampu merasakan apa yang terjadi selagi itu. Di film ini saya wajib jadi sifat yang survive. Bukan cuma menghapal dialog tetapi terhitung memasukkan emosi yang benar-benar tinggi ke di dalam diri. Dari awal hingga akhir tegang. Syutingnya sebenarnya secapek itu,” kata Susan.