BRIN Teliti Prasasti Kujang di Museum Prabu Siliwangi

BRIN Teliti Prasasti Kujang di Museum Prabu Siliwangi

BRIN
BRIN Teliti Prasasti Kujang di Museum Prabu Siliwangi

indoarkeologi.xyz – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melaksanakan penelitian terhadap 40 benda koleksi yang tersimpan di Museum Prabu Siliwangi, di Kelurahan Karangtengah Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi.

Penelitian yang dijalankan BRIN berlangsung dua hari berasal dari 6-7 Mei 2024. Salah satu benda koleksi yang jadi objek penelitian adalah prasasti Batu Kujang yang berjumlah 13. Masing-masing batu prasasti terdapat gambar 10 bentuk rupa kujang berbeda-beda. Jika ditotalkan tersedia sebanyak 130 bentuk rupa kujang.

Peneliti arkeologi Pra Sejarah berasal dari Pusat Riset Arkeologi BRIN, Jatmiko mengatakan, kujang yang tersedia di Museum Prabu Siliwangi di dalam bentuk fisik kurang lebih berjumlah 30 bersama dengan bentuk berbeda-beda.

“Prototipe cetakan senjata berasal dari kujang itu saya telah tuliskan di dalam laporan resminya itu bahwa itu di sini itu telah tersedia koleksinya 30 yang dikoleksi Museum Prabu Siliwangi. Itu tersedia 30 senjata kujang itu mirip mirip bersama dengan yang di cetakan (prasasti Batu Kujang) itu sebanyak 13,” ujar Jatmiko.

Sebanyak 130 bentuk kujang ini punyai nama-nama dan makna berbeda. Penjelasannya tertuang di di dalam kitab Sekar Sunda yang tersedia di ruang sejarah Pajajaran di Museum Prabu Siliwangi.

“Di Jawa Barat ini kan senjata kujang merupakan senjata yang khas berasal dari sini, katanya berasal dari Sekar Sunda itu tersedia 130 tipe itu selagi yang dipunyai oleh Museum Prabu Siliwangi ini telah tersedia tipe cetakannya itu sebanyak 13 yang tiap-tiap kotaknya isinya 10,” jelasnya.

Menurutnya, Prasasti Batu Kujang tersebut telah berusia puluhan juta th. lalu yang terbuat berasal dari batuan pasir vulkanik. Namun pihaknya belum sanggup memastikan perihal selagi sama juga pencetakan bentuk kujang itu.

“Kalau yang prototipe cetakan gambar kujang itu untuk usia batuan yang bikin tatakan cetakan itu pada selagi miosen oligosen yang kira-kira 30-20 juta th. lalu tapi itu bahan batuannya. Nah saat bahan batuan ini dibikin oleh manusia nah itu yang belum kami ketahui sejak kapan dikarenakan tersedia indikasi tulisan itu,” terang dia.

“Saya berani menyatakan itu dibikin bukan terhadap zaman prasejarah dikarenakan zaman prasejarah tidak mengenal tulisan jadi yang mengerti itu dibikin saat telah menginjak zaman sejarah dikarenakan tersedia indikasi tulisan yang telah diuraikan di dalam Sekar Sunda,” sambungnya.

Didapatkan Secara Turun Temurun

Sementara itu pendiri Museum Prabu Siliwangi yang terhitung keturunan ke-17 berasal dari Prabu Siliwangi, KH Fajar Laksana menuturkan, prasasti Batu Kujang tersebut didapatkan secara turun temurun berasal dari keluarga.

“Kalau tahunnya kami kurang mengerti dikarenakan warisan keluarga, semata-mata kalau berasal dari penelitian BRIN, batunya ini telah berasal dari masa dahulu mungkin selagi digambarnya itu di masa Pajajaran. Cuman berasal dari situ kami tersedia wawasan baru bentuk rupa, bentuk rupa itu macam macam. Bentuk rupa kujang itu ternyata terlampau banyak, mungkin aja di daerah lain tersedia bentuk yang lain,” ujar KH Fajar.

Fajar mengatakan, walaupun luas Museum Prabu Siliwangi tidak sebesar seperti museum lainnya, tapi pengunjung berasal dari di dalam dan luar negeri yang tertarik untuk lihat koleksi benda sejarah ini cukup diminati.

“Ada berasal dari Kanada yang mendambakan lihat batu kujang. Tapi dia bukan penelitian cuma observasi, membandingkan. Kedua berasal dari Belanda, rombongan, bahkan dia belajar perihal bagaimana menjamas keris,” ungkapnya.

Created By indonesia arkeologi | Creative By indoarkeologi
indoPusaka