Akhirnya Dipamerkan di Museum Vredeburg
indoarkeologi.xyz, Akhirnya Dipamerkan – Pameran sejarah di Museum Vredeburg Yogya yang bertajuk Vredeburg Fair ke-10 formal dibuka terhadap 4 September 2024. Ini menjadi kesempatan bagi pengunjung melihat langsung dua benda pusaka punya Pangeran Diponegoro yang dikembalikan Belanda ke Indonesia sejak 2015.
Tongkat Kanjeng Kiai Cokro dan Tombak Kanjeng Kiai Rondhan adalah dua pusaka Pangeran Diponegoro yang menjadi saksi bisu dari Perang Jawa yang berjalan lima tahun, dari 1825 hingga 1830. Pameran itu menjadi momen pameran pertama ke-2 pusaka di tanah kelahiran sang pangeran Jawa.
Dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, Selasa, 17 September 2024, koleksi masterpiece itu merupakan simbol dari perjuangan dan spiritualitas Pangeran Diponegoro. Tongkat Kanjeng Kiai Cokro punya sejarah panjang, di mulai dari Kesultanan Demak terhadap abad ke-16, sebelum kelanjutannya menjadi pusaka Pangeran Diponegoro terhadap 1815.
Tongkat Kanjeng Kiai Cokro punya panjang 1,4 meter dan punya simbol cakra di ujung atasnya. Sementara, Tombak Kanjeng Kiai Rondhan merupakan keliru satu pusaka kesayangan punya Pangeran Diponegoro dan punya keterkaitan erat bersama perjalanan perlawanan Diponegoro, terhitung momen kala tombak ini hilang didalam penyergapan di Pegunungan Gowong terhadap 1829.
“Dengan mengadakan pameran bersama sejarah mutlak dan juga menampilkan pusaka layaknya Tongkat Kanjeng Kiai Cokro dan Tombak Kanjeng Kiai Rondhan, kita menghendaki pengunjung sanggup merasakan dan paham lebih didalam arti dari perjuangan dan keberanian Pangeran Diponegoro,” kata Plt. Kepala Indonesian Heritage Agency, Ahmad Mahendra.
Pameran 3 Tokoh Penting di Jawa
Mahendra membuktikan Vredeburg Fair 2024 merupakan keliru satu usaha Indonesian Heritage Agency (IHA) didalam mewujudkan pilar reprogramming manfaat mewujudkan konsep re-imajinasi museum. Dengan dipamerkannya pusaka Pangeran Diponegoro, pengunjung tidak hanya diajak untuk mengenang jaman lalu, tapi terhitung untuk meresapi dorongan perjuangan yang diwariskan oleh Pangeran Diponegoro yang merupakan seorang pahlawan nasional.
“Tongkat dan tombak ini mewakili lebih dari sekadar objek material, keduanya adalah representasi dari dorongan perlawanan terhadap ketidakadilan,” sambung Mahendra.
Koleksi pusaka Pangeran Diponegoro merupakan koleksi pameran tertentu periode perang Jawa. Selain itu, Vredeburg Fair 2024 menyajikan koleksi yang mewakili periode revolusi bersama menghadirkan koleksi perihal keberanian rakyat didalam perang gerilya yang dipimpin Panglima Besar Jenderal Sudirman, dan terhitung koleksi baju dan mobil yang digunakan oSultan Hamengkubuwono X, mewakili periode reformasi di Yogyakarta.
Penanggung Jawab Unit Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, M. Rosyid Ridlo mengatakan, Vredeburg Fair menyuguhkan sejarah dan juga materi penguatan karakter bangsa yang menarik dan menyenangkan, lewat begitu banyak ragam acara. Vredeburg Fair 2024 bakal berjalan hingga 29 September 2024. Informasi lebih lanjut silahkan kunjungi akun Instagram @museum.benteng.vredeburg.
Beredar Foto Anies Baswedan Pegang Tongkat Pangeran Diponegoro
Sementara itu, foto Anies Baswedan memegang tongkat Pangeran Diponegoro menjadi sorotan di sarana sosial, baru-baru ini, padahal itu merupakan momen lebih dari sembilan tahun lalu. Anies yang kala itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), mewakili pemerintah Indonesia menerima langsung pengembalian Tongkat Kiai Cokro.
Tongkat Pusaka Pangeran Diponegoro berwujud 1/2 lingkaran ini disimpan sepanjang 183 tahun oleh keluarga Baud di Belanda, yang terhadap 2015 mengembalikannya secara langsung terhadap pemerintah Indonesia. Kini, kisah seputar benda peninggalan itu udah menciptakan gelombang spekulasi di sarana sosial.
Salah satunya menyeruak kepercayaan dari kalangan penduduk Jawa bahwa orang yang memegang Cakra Pangeran Diponegoro bakal menjadi pemimpin. Hal berikut sempat diamini bagian tim delapan Koalisi Perubahan Sudirman Said. “Bahwa tersedia orang yang percaya, ya kita amini saja,” ungkapnya di Kantor Sekretariat Perubahan, Jakarta, Rabu, 21 Juni 2023, dikutip dari merdeka.com, Rabu, 28 Agustus 2024.
Saat itu, sejarawan Rushdy Hoesein menjelaskan bahwa ia belum melihat bukti apakah Pangeran Diponegoro punya tongkat atau tidak. “Kalau (tongkat) untuk mendukung suasana fisik dia sih belum pernah melihat saya. Tongkat komando terhitung enggak menggunakan dia,” ungkapnya terhadap Jumat, 23 Juni 2023.
Seputar Sejarah Tongkat Pangeran Diponegoro
Sejarah tongkat pusaka itu pun belum diketahui secara pasti. Dari bukti-bukti yang ada, layaknya foto dan lukisan di Museum Diponegoro, tidak pernah muncul Pangeran Diponegoro punya tongkat.
Namun, melihat tongkat yang dipegang Anies kala itu, tongkat berikut bukan tongkat yang dipakai untuk berjalan. Menurut Rushdy, tongkat berikut semacam alat kelengkapan perang. Pada bagian atas tongkat terdapat semacam ukiran, di bawahnya tidak tersedia keistimewaan lain, dan bukan tongkat bersama keris di dalamnya.
Rushdy menyebut tongkat Pangeran Diponegoro bisa saja besar merupakan alat perang. “Iya (tongkat yang dipegang Anies) sebagai peralatan perang, tapi kan orang Jawa beranggap peralatan perang membawa kharisma juga,” ujar dia.
Sementara itu, sejarawan Peter Carey mengungkap di “Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785-1855,” tongkat berikut bergelar Ratu Adil Jawa “Erucokro.” Tongkat itu katanya dibawa sebagai penamping perjalanan spiritual Pangeran Diponegoro, karena bentuk cakranya menyamai senjata Dewa Wisnu didalam mitologi Jawa.
Keluarga Baud sempat bercerita perihal keberadaan Tongkat Pusaka Pangeran Diponegoro sepanjang di Belanda. Tongkat ini diberikan terhadap leluhur Baud terhadap 1834. Tongkat Pusaka berikut diterima sebagai hadiah di sebuah periode bergejolak akibat kompetisi politik dan interaksi kekuasaan kolonial, menurut situs situs Kemendikbud.