Ahli Arkeologi Minta Museum Nasional Lakukan Pendataan Rinci

indoarkeologi.xyz – Ketua Perhimpunan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Komisariat Daerah Jabodetabek Dyah Chitraria Liestyati menghendaki pihak Museum Nasional Indonesia laksanakan pendataan secara rinci.
Pendataan selanjutnya dilakukan sebagai efek kebakaran Museum Nasional terhadap koleksi sehingga bisa diketahui cara penanganan yang tepat.
“Memohon kepada pengelola Museum Nasional Indonesia untuk laksanakan pendataan secara rinci efek kebakaran terhadap koleksi museum, artefak, dan bangunan sehingga bisa diketahui secara riil beberapa langkah penanganannya secara tepat, baik untuk koleksi artefak, ruang-ruang penempatan koleksi, dan bangunan pendukungnya,” ujar Dyah melansir Antara, Minggu (17/9/2023).
Dyah terhitung menyatakan, kebakaran di Museum Nasional Indonesia (MNI) merupakan musibah besar yang mengejutkan dan sudah pasti tidak diharapkan oleh siapa pun.
Sebelumnya, diinformasikan api telah melalap beberapa Gedung A MNI yang merupakan ruang-ruang pamer koleksi-koleksi etnografi, artefak artefak jaman prasejarah, koleksi budaya, dan sejenisnya. Kerusakan yang dialami benda benda koleksi museum tak bisa tergantikan, baik di dalam wujud maupun nilainya dengan apa pun juga.
Menurut Dyah, Museum Nasional Indonesia menaruh koleksi khasanah budaya Indonesia pilihan, yang apalagi tersedia di antaranya merupakan salah satu di Indonesia.
“Maka itu jaminan terpelihara, terlestari, dan safe dari hilang atau musnah merupakan syarat penting demi jatidiri dan kebanggaan (national identiy and pride) bangsa Indonesia,” ucap Dyah.
Minta Undang-Undang Permuseuman
Dyah terhitung menghendaki pemerintah dan DPR RI untuk memperjuangkan Undang-Undang Permuseuman dan juga Badan Permuseuman Indonesia sehingga pengelolaan dan dukungan museum bisa dilakukan secara komprehensif.
“Meminta kepada pemerintah, DPR-RI, dan jajaran yang menaunginya untuk mengapresiasi Museum Nasional Indonesia bukan hanya terhadap bangunan dan koleksinya sebagai benda semata tetapi terhitung terhadap nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, sehingga mitigasi risiko dan proses keamanan Museum Nasional Indonesia mesti terjamin layanan dan prasarananya,” papar dia.
Dari perihal ini, Dyah pun Mengajak bermacam pihak dan semua lapisan masyarakat untuk bersama-sama merawat dan merawat kekayaan budaya bangsa Indonesia yang tersedia di museum-museum dan cagar-cagar budaya.
Ia terhitung menunjang untuk dilakukannya penyelidikan mendalam oleh jajaran berkenaan terhadap dikarenakan dan sumber kebakaran yang berjalan di Museum Nasional Indonesia yang berjalan terhadap hari Sabtu malam 16 September 2023.
“IAAI Komda Jabodetabek menghendaki masih banyak koleksi artefak yang bisa terselamatkan, dan bisa dilestarikan sebaik-baiknya demi pengetahuan pengetahuan dan kebanggaan bangsa Indonesia umumnya, generasi mendatang khususnya,” jelas Dyah.
Museum Nasional Kebakaran, Kerugian Belum Bisa Dihitung
Sebelumnya, kebakaran melanda Museum Nasional atau Museum Gajah terhadap Sabtu 16 September 2023, pukul 20.08 WIB. Hanya di dalam semalam, beberapa bangunan bersejarah itu hangus menjadi abu.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (BLU MCB) selaku pihak yang membawahi beberapa museum dan cagar budaya, Ahmad Mahendra, menyebut kuantitas kerugian akibat kebakaran Museum Nasional belum bisa dipastikan.
Pasalnya, kata dia, selagi ini identifikasi masih dilakukan oleh Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri. Sehingga, kerugian secara menyeluruh belum bisa ditaksir.
“Kerugian belum bisa dihitung, masih diinventaris soalnya. Jadi kita enggak tahu. Ternyata masih utuh semua? Enggak tersedia yang gak kebakar? Kan kita enggak bisa terhitung kan,” kata Mahendra di Museum Nasional Indonesia, Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat, Minggu (17/9/2023).
Mahendra menyebut, dengan Puslabfor Mabes Polri, tim paduan masih bakal konsisten mengidentifikasi koleksi-koleksi yang terdampak kebakaran. Menurut Mahendra, kebakaran itu menimpa enam ruangan di gedung A Prasejarah atau Museum Gajah.
“Ini yang sesudah bisa izin dari Puslabfor baru kita tindaklanjuti untuk bisa masuk bersama-sama. Ini Puslabfor bilang telah aman, boleh masuk, baru masuk dan sebagainya,” kata Mahendra.
Meski begitu, Mahendra mengemukakan beberapa koleksi yang terdampak kebakaran di Gedung A Prasejarah merupakan replika dan tengah diklasifikasi.
“Replika itu bukan benda aslinya, tiruan dari aslinya. Yang bendanya sendiri itu kemungkinan belum pasti tersedia di Museum Nasional, dikarenakan itu penting,” kata Mahendra.