Prasasti Tertua Warisan Kerajaan Singasari

indoarkeologi.xyz – Prasasti Mula Malurung melukiskan perjalanan Kerajaan Singasari. Konon prasasti ini merupakan tertua ketiga yang diwariskan dan ditemukan berasal dari Singasari. Konon prasasti ini berangka tahun 1255 dan saat ini tersimpan di Museum Negara yang ada di Jakarta.
Prasasti ini konon berisi uraian perihal raja-raja Singasari berasal dari pendirinya yang meninggal bernama Bhatara Siwa atau identik dengan Ken Arok, sampai Kertanagara.
Nama garbhopati maupun nama abhiseka Raja Kertanagara, disebut secara lengkap, yaitu Sri Maharaja Sri Lokawijaya Purusottama Wira Asta Basudewadhipa Aniwariwiryanindita Parakrama Murddhaja Nama Uttunggadewa, nama abhiseka-nya Kertanagara.
Hingga kini yang teridentifikasi hanya Serat Pararaton yang ditulis pada tahun 1478 dan 1486, serta Nagarakretagama yang bertarikh 1365, yang jadi sumber utama perihal peristiwa Kerajaan Singasari, di samping sebagian piagam yang dikeluarkan oleh Raja Kertanagara dan sebagian ulang berasal dari zaman Majapahit.
Sejarawan Prof. Slamet Muljana di dalam bukunya “Tafsir Sejarah Nagarakretagama” menuturkan, Prasasti Mula-Malurung merupakan sumber peristiwa ketiga yang paling tua dan paling bisa dipercaya sebab prasasti itu ditulis pada tahun 1255 atau pada zaman Singasari itu sendiri di dalam wujud uraian yang agak terperinci.
Oleh sebab itu, prasasti Mula-Malurung bisa digunakan untuk mengecek uraian Pararaton dan Nagarakretagama perihal Singasari.
Prasasti Mula-Malurung dikeluarkan oleh raja-raja yang diangkat oleh Raja Seminingrat pada tahun 1255 Masehi, untuk memperkuat dan mengesahkan hadiah sima swatantra kepada Sang Pranaraja berasal dari Sang Prabu Bhatara Parameswara yang udah wafat, dan berasal dari Naraya Seminingrat yang sedang memerintah seluruh Pulau Jawa, atas jasa-jasanya yang berlimpah-limpah, terdiri berasal dari dua desa, yaitu Desa Mula dan Malurung, yang terletak di sebelah utara ibu kota.
Itulah sebabnya, prasasti itu disebut prasasti Mula-Malurung. Para raja di seluruh tanah Jawa, yang dikepalai oleh Sri Kertanegara, tidak menyimpan keberatan. Pada saat itu, Sri Kertanagara jadi raja di Daha di area Kediri, sebagaimana pada lempengan VII A prasasti tersebut.
Dari uraian prasasti Mula-Malurung, terungkap bahwa penobatan Sri Kertanagara pada tahun 1254 bertujuan untuk jadi raja di Daha, bukan untuk mengambil alih Sang Prabu Seminingrat dengan sebutan lain Wisnuwardhana. Pernyataan bahwa Sri Kertanagara mengepalai sesama raja, memperlihatkan bahwa beliau adalah raja mahkota yang suatu saat dapat mengambil alih Sang Prabu Seminingrat.