Benda Pusaka Prabu Kiansantang Dipamerkan

Benda Pusaka Prabu Kiansantang Dipamerkan

Benda
Benda Pusaka Prabu Kiansantang Dipamerkan

indoarkeologi.xyz – Garut Ribuan peziarah Makam Keramat Godok atau Syeh Sunan Rohmat Suci Godok atau Prabu Kiansantang, di Karangpawitan, Garut, Jawa Barat, bakal menggelar prosesi Ngalungsur Pusaka hari ini, Kamis, 22 November 2018. Mereka bakal melangsungkan zikir kubro sekaligus memanjatkan doa dengan berharap keberkahan hidup.

“Acaranya di awali sejak tadi malam melalui pawai obor dan pagi ini sekitar pukul 08.00 baru pencucian benda pusaka,” ujar Tatang Kurnia (38), tidak benar satu pengurus Ikatan Keluarga Besar Juru Kunci Malam Godog, Kamis (22/11/2018).

Menurut dia, acara Ngalungsur Pusaka merupakan prosesi adat penduduk sekitar Makam Keramat Godok, Garut, untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Jika penduduk umum memperingati puncak perayaan Maulid Nabi tanggal 12 Rabiul Awal (Mulud), dalam formalitas penduduk di kaki Gunung Godok itu, kesibukan mundur dua hari setelahnya.

“Sesuai adat sejak ratusan tahun lalu, kami menyelenggarakannya setiap tanggal 14 Mulud,” kata Tatang.

Angka itu, ujar dia, tidak cuman memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad, terhitung sekaligus memperingati wafatnya Prabu Kiansantang atau Syeh Sunan Rohmat Suci yang dimakamkan di sana.

“Intinya kan berdoa juga, maulid itu cuma layanan untuk mendekatkan diri terhadap Illahi,” ujar Tatang menerangkan.

Tatang mengatakan, prosesi Ngalungsur Pusaka sejatinya di awali sejak tadi malam. Ratusan penduduk dan para peziarah makam melaksanakan pawai obor dengan melantunkan selawat. Kemudian acara dilanjutkan dengan pentas seni budaya rudat (kesenian lokal) dan alunan musik rebana hingga larut malam.

“Tapi acara intinya baru di awali hari ini, yakni mengeluarkan benda pusaka dari makam dalam,” kata Tatang.

Awal mula kesibukan diakses dengan khitanan massal bagi anak sekitar kampung. Kegiatan itu wajib dilangsungkan setiap tahun, sebagai amanat untuk melestarikan ajaran sang sunan.

“Dulu pas menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa, formalitas Beliau adalah mengkhitan warga yang bakal masuk Islam,” ujar Tatang.

Kemudian acara dilanjutkan dengan prosesi Ngalungsur Pusaka. Dalam upacara itu, semua benda pusaka peninggalan Prabu Kiangsantang yang berjumlah hingga 100 tipe tersebut, dikeluarkan dari satu peti besar yang disimpan di museum dalam makam.

Benda pusaka layaknya kujang (alat perang khas penduduk sunda), keris, tombak, hingga peralatan khitan kuno yang pernah dipergunanan Sunan Rohmat, dibersihkan, yang diiringi dengan pembacaan sejumlah zikir dan doa.

“Biasanya penduduk di sini pas Ngalungsur Pusaka memperbanyak baca surat Al-ihlas juga,” kata dia mengingatkan peziarah jika belum mengerti apa yang wajib dibaca pas proses berlangsung.

Ia mengingatkan, pas prosesi pencucian benda pusaka itu tidak boleh tidak benar niat untuk berharap kepada alat atau benda, namun senantiasa difokuskan beribadah kepada Allah.

“Makanya bagi peziarah yang masih sangsi jangan ikuti prosesi, langsung saja berziarah,” kata Tatang mengingatkan.

Ayi (54), tidak benar seorang peziarah asal Ciater, Subang, mengaku gembira mampu ikuti hajat tahunan warga makam keramat Godog tersebut. Terlebih ia mengaku tidak mengerti bakal adanya upacara Ngalungsur Pusaka.

“Awalnya sudi ziarah saja, ternyata tersedia Ngalungsur, jadi akhirnya acara ziarah jadi tambah hingga esok hari,” ujarnya.

Menurutnya kesibukan Ngalungsur Pusaka wajib dilestasikan, tidak cuman merupakan kebudayaan asli lokal penduduk Sunda lebih-lebih Garut, ritual ini terhitung mampu jadi layanan mendekatkan diri terhadap sang pencipta.

“Intinya Ngalungsur Pusaka itu berdoa dan memperbanyak zikir kepada Allah,” ujar Ayi.

Ia berharap, dengan usaha mampu itu menyadarkan generasi muda untuk mengerti histori masa lalu, yang pernah berjalan di Kabupaten Garut.

“Kan, sejarahnya sunan Rohmat Suci (Prabu Kiansantang) merupakan keturunan Prabu Siliwangi sebagai Raja Padjajaran,” kata Ayi menambahkan.

Keluhan Buruknya Infrastruktur Jalan

Meski merupakan tidak benar satu cagar budaya tertua di Pulau Jawa, Makam Keramat Godok tidak dapat dukungan dengan akses jalur yang bagus. Kondisi jalur menuju keramat mampu dibilang memprihatinkan. Akibatnya jumlah peziarah setiap tahunnya konsisten mengalami penurunan.

“Sekitar 80 % keluhan mereka adalah soal jalan,” ujar Tatang.

Saat ini salah satu akses menuju kawasan Makam Keramat Godok, memang cuma jalur desa selebar 5 meter. Namun buruknya akses jalan, menyebabkan peziarah yang mengarah ke sana senantiasa mengeluh. “Sudah nanjak, kecil jalannya terhitung tidak baik,” ujar Tatang.

Dampaknya, tidak cuman mampu mencelakakan pengguna jalan, tingkat kunjungan peziarah konsisten menyusut setiap tahunnya. “Dulu terhadap pas Ngalungur Pusaka mampu menggapai 10 ribu, saat ini paling dua ribu peziarah yang datang,” ungkapnya.

Keluhan yang disampaikan tidak benar satu juru kunci makam memang tidak berlebihan. Ayi, tidak benar satu satu peziarah, merasakan langsung keluhan itu. Menurut dia, sebagai aset mutlak warisan cagar budaya, seharusnya pemerintah lebih peka untuk memperbaiki layanan jalan.

“Coba jika jalannya besar mobil besar layaknya bus tentu masuk, makam Sunan Godok itu telah terkenal,” ujar Ayi.

Saat ini para peziarah dari luar kota cuma mampu memarkir armada busnya di sekitar perumahan Cempaka. Mereka seterusnya wajib menggunakan jasa tukang ojek, untuk menuju kawasan makam yang berjarak hingga 3 kilometer tersebut.

“Kadang jika kembali ramai layaknya Maulud atau Rajab, harga ojek pun mahal,” ujar Tatang.

Ia berharap dengan jadi banyaknya keluhan yang disampaikan warga dan peziarah, Pemda Garut mampu menyebabkan solusi melaksanakan perbaikan dan pelebaran jalur menuju kawasan Makam Keramat Godok tersebut.

“Kan, nanti pemasukan dari peziarah ini tentu bakal masuk kas daerah juga, seharusnya itu yang dipikirkannya,” ungkap Tatang menutup obrolan soal keluhan jalan.

Leave a Reply

Created By indonesia arkeologi | Creative By indoarkeologi
indoPusaka