Prasasti Bertuliskan Huruf Jawa Kuno Ditemukan

Prasasti Bertuliskan Huruf Jawa Kuno Ditemukan

Prasasti
Prasasti Bertuliskan Huruf Jawa Kuna Ditemukan

indoarkeologi.xyz – Sebuah prasasti berasal dari batu ditemukan oleh petani bernama Slamet Marwi, di Dukuh Wonosegoro, Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah lebih dari satu kala lalu. Prasasti tersebut ditemukan karena berlangsung longsoran batu terhadap lahan milik Marwi dengan kata lain tidak sengaja.

“Prasati ini bertuliskan huruf Jawa Kuna atau Jawa Gunung berbahasa Jawa Kuna,” kata penggiat histori yang juga budayawan Boyolali, Sarojo.

Dijelaskannya, seorang pakar Sastra Kuna Wahyudi membaca sebagai tersebut “swasti çāka warṣātīta 823 jyaṣṭa māsa, pañcami çukla ha wa so. kāla niki paçarūṅga nāma … …..” . Ada lebih dari satu huruf yang hilang, barangkali karena terkikis .

Apabila diterjemahkan berbunyi, “Selamat tahun 832 bulan jiasta tanggal 5 hariang wage soma tempat ini bernama Pasyarungga…….(huruf hilang).

Prasasti ini menyebutkan tempat yang disebut dengan Pasyarungga yaitu sebuah padepokan untuk mengupas agama (Hindu) seperti yang dulu dicatat oleh Bujangga Manik. Ia dulu berkunjung di tempat keresian terhadap kaki Gunung Damalung (Gunung Merbabu).

“Jika diamati berasal dari faktor lokasi bahwa prasasti ini berada di kaki gunung Merbabu maka barangkali besar bahwa tempat ini adalah tempat keresian atau bermukimnya para pendeta,” ujarnya.

Dikatakannya, ini didasarkan terhadap naskah perjalanan Bujangga Manik. Dalam naskah itu diceritakan, dalam catatan berupa naskah kuno berbahasa Sunda, berisi kisah perjalanan seorang tokoh bernama Bujangga Manik memutari pulau Jawa dan Bali.

Naskah ini ditulis terhadap daun nipah, dalam puisi naratif berupa lirik yang terdiri berasal dari delapan suku kata. Saat ini disimpan di Perpustakaan Bodley di Universitas Oxford, Inggris, sejak tahun 1627 (MS Jav. b. 3 (R), cf. Noorduyn 1968:469, Ricklefs/Voorhoeve 1977:181).

Naskah Bujangga Manik seutuhnya terdiri berasal dari 29 lembar daun nipah, yang masing-masing berisi sekitar 56 baris kalimat yang terdiri berasal dari 8 suku kata.

Tokoh dalam naskah ini adalah Prabu Jaya Pakuan dengan kata lain Bujangga Manik, seorang resi Hindu berasal dari kerajaan Sunda yang lebih senang merintis hidup sebagai seorang resi, biarpun memang ia seorang kesatria berasal dari keraton Pakuan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda, yang bertempat di lokasi yang saat ini menjadi Kota Bogor.

Sebagai seorang resi, dia jalankan dua kali perjalanan berasal dari Pakuan Pajajaran ke timur Jawa. Pada perjalanan kedua Bujangga Manik malah sempat berkunjung di Bali untuk lebih dari satu lama. Pada kelanjutannya Bujangga Manik bertapa di sekitar Gunung Patuha sampai akhir hayatnya .

Dari cerita dalam naskah tersebut, diketahui naskah Bujangga Manik berasal berasal dari zaman sebelum saat Islam masuk ke Tatar Sunda.

Naskah tersebut tidak mempunyai kandungan satu pun kalimat yang berasal berasal dari bahasa Arab. Penyebutan Majapahit, Malaka, dan Demak membawa terhadap perkiraan bahwa naskah ini ditulis akhir tahun 1400-an atau awal tahun 1500-an.

Naskah ini amat berharga karena menggambarkan geografi dan topografi Pulau Jawa terhadap kala naskah dibuat. Lebih berasal dari 450 nama tempat, gunung, dan sungai disebutkan di dalamnya. Sebagian besar berasal dari nama-nama tempat tersebut tetap digunakan atau dikenali sampai sekarang.

“Salah satu Gunung yang tertulis adalah Gunung Damalung atau yang saat ini dikenal dengan Gunung Merbabu,” ucapnya.

Prasasti itu berupa batu monolit berukuran panjang 100 centimeter dan lebar 20 centimeter diperkirakan dikeluarkan terhadap masa pemerintahan Rakai Watukura Dyah Balitung yaitu Raja Mataram Kuna yang berkuasa terhadap 898-908 Masehi.

“Keunikan Prasasti ini tidak cuman ditulis dalam bahasa jawa gunung juga barangkali besar dikeluarkan oleh seorang petinggi agama Hindu, hal ini tidak umum karena lebih dari satu prasasti yang mengeluarkan adalah raja yang memerintah di tempat itu, barangkali terhadap masa Mataram,” paparnya.

Created By indonesia arkeologi | Creative By indoarkeologi
indoPusaka