Peninggalan Kerajaan Kutai

indoarkeologi.xyz – Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang terletak di pinggir sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Awal berdirinya kerajaan ini terkait erat bersama kebudayaan India.
Kerajaan ini didirikan sejak abad ke-4 Masehi oleh Kudungga yang terhitung menjadi raja pertama.
Banyak ditemukan prasasti bernama Yupa yang menjadi bukti peninggalan kerajaan tersebut.
Prasasti ini menceritakan kisah kehidupan sosial, politik, hingga perdagangan di era itu.
Selain yupa, Kerajaan Kutai terhitung punyai benda peninggalan lainnya yang menyatakan kejayaan kerajaan ini di era lampau.
Melansir berasal dari beragam sumber, selanjutnya adalah benda-benda peninggalan kerajaan Kutai.
1. Prasasti Yupa
Yupa diakui sebagai bukti tertua yang menyatakan histori terdapatnya Kerajaan Kutai.
Hal ini dikarenakan Yupa berupa tiga tiang batu yang ditulis manfaatkan huruf Pallawa dan bhs Sansekerta.
Konon benda ini digunakan sebagai ikat kurban untuk persembahan kepada dewa.
Isi berasal dari prasasti Yupa yakni menceritakan histori Kerajaan Hindu yang, menetap di Muara Kaman, hulu sungai di Pulau Kalimantan Timur.
Singkatnya, prasasti ini menceritakan latar belakang Kerajaan Kutai berdasarkan kehidupan politik, sosial, dan budayanya.
2. Kalung Ciwa
Peninggalan Kerajaan Kutai sesudah itu yakni Kalung Ciwa yang ada sejak zaman kepemimpinan Sultan Aji Muhammad Sulaiman, ditemukan oleh warga di kurang lebih Danau Lipan, Muara Kaman terhadap 1890.
Hingga saat ini Kalung Ciwa ini masih dipakai sebagai perhiasan kerajaan yang terhitung digunakan oleh raja dikala ada pesta pengangkatan raja baru.
3. Singgasana Sultan
Singgasana Sultan Kutai Kartanegara hingga kini masih dapat disaksikan yang berupa 2 buah kursi berwarna kuning.
Singgasana ini berada didalam suatu peraduan pengantin Kutai atau biasa disebut geta berwarna biru tua.
Di kurang lebih singgasana ditambah bersama payung dan umbul-umbul. Singgasana ini udah dipakai oleh dua orang Sultan, yakni Aji Sultan Muhammad Sulaiman (1845-1899 M) dan Aji Sultan Muhammad Parikesit (1920-1960 M).
4. Ketopong Sultan
Ketopong atau Mahkota Sultan Kutai Kartanegara merupakan keliru satu benda penting sebagai simbol penguasa Kesultanan Kutai Kartanegara.
Bersama bersama mahkota Sultan Siak Sri Indrapura, mahkota asli Sultan Kutai Kartanegara kini tersimpan di Museum Nasional di Jakarta.
Sedangkan yang kini terkandung di Kutai Kartanegara merupakan replika berasal dari mahkota asli.
Mahkota Sultan Kutai Kartanegara diperkirakan merasa digunakan sejak pertengahan abad ke-19 atau dikala Kesultanan Kutai Kartanegara diperintah oleh Sultan Aji Muhammad Sulaiman (1845-1899 M) Perkiraan selanjutnya merujuk terhadap buku berjudul The Head-Hunters of Borneo (1881) karangan Carl Bock yang menyebutkan bahwa dikala Sultan Aji Muhammad Sulaiman memerintah, beliau punyai 6-8 pandai emas dan perak yang khusus mengerjakan benda benda pesanan Sultan yang terbuat berasal dari emas dan perak.
5. Kalung Uncal
Kalung Uncal merupakan regalia yang mesti dipakai oleh seorang dikala ditabalkan menjadi Sultan Kutai Kartanegara.
Menurut penelitian sejarah, simbol kekuasaan Sultan Kutai Kartanegara ini mempunyai kembaran di India, agar diperkirakan terkandung jalinan antara Kerajaan Kutai bersama kerajaan di India.
Salah satu indikasi terdapatnya efek India adalah penyebutan nama Kalung Uncal.
Di India Kalung Uncal disebut didalam bhs India Kalung “Unchele”.
Kemiripan penyebutan ditengarai sebagai keliru satu fakta logis bahwa Kalung Uncal yang ada di India punyai kesamaan bersama Kalung Uncal yang terkandung di Kesultanan Kutai Kartanegara.
Kalung Uncal kini menjadi milik Kesultanan Kutai Kartanegara dan merupakan warisan (peninggalan) histori dan budaya.
Oleh dikarenakan besarnya nilai histori dan budaya yang terkandung didalam Kalung Uncal tersebut, maka regalia ini kini disimpan di Museum Mulawarwan, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Kalung Uncal terbuat berasal dari emas 18 karat, punyai berat 170 gram, dan berhiaskan ukiran (relief) penggalan cerita Ramayana. Usia kalung ini diperkirakan lebih tua dibandingkan bersama Ketopong (Mahkota Sultan Kutai Kartanegara).
6. Pedang Sultan
Salah satu senjata pusaka milik Kesultanan Kutai Kartanegara adalah Pedang Sultan Kutai.
Sebagaimana yang terjadi terhadap Mahkota Sultan Kutai, Pedang Sultan Kutai ini terhitung tidak dapat disaksikan di Kesultanan Kutai Kartanegara dikarenakan kini pedang ini tersimpan di Museum Nasional di Jakarta.
Pedang pusaka Sultan Kutai Kartanegara ini terbuat berasal dari emas. Berbagai hiasan terlihat menyadari terlihat, baik terhadap gagang maupun sarung pedang.
Pada gagang pedang nampak hiasan berupa harimau didalam posisi siap menerkam.
Harimau merupakan binatang yang terkandung terhadap simbol Kesultanan Kutai Kartanegara. Sedangkan terhadap bagian ujung sarung pedang berhiaskan seekor buaya.
7. Keris Bukit Kang
Menurut legenda, Keris Bukit Kang diyakini sebagai tusuk konde Aji Putri Karang Melenu.
Pada awalnya, keris ini belum dipergunakan sebagai tusuk konde dikarenakan keris ini berada didalam satu area bersama Aji Putri Karang Melenu yang ditemukan berada didalam sebuah gong bersama bersama Keris Bukit Kang dan sebutir telur ayam.
Gong yang mempunyai Aji Putri Karang Melenu berada di atas sebuah balai bambu kuning.
Balai selanjutnya berada di atas tanduk seekor binatang yang nampak di perairan Kutai.
Binatang selanjutnya menyerupai bentuk lembu yang Mengenakan mahkota namun bukan raja, mempunyai belalai dan gading namun bukan gajah, mempunyai sisik namun bukan naga, mempunyai sayap namun bukan burung, mempunyai taji namun bukan ayam, mukanya menyerupai raksasa namun bukan raksasa, dan mempunyai tanduk namun bukan sapi.
Binatang ini kemudian disebut Lembu Suana. Pada perkembangannya, Lembu Suana kemudian dipakai sebagai simbol (maskot) Kabupaten Kutai Kartanegara
8. Kura-kura Mas
Kura-kura Mas terhadap awalnya merupakan benda koleksi berasal dari Kerajaan Kutai.
Namun setelah terjadi perang antara Kerajaan Kutai bersama Kerajaan Kutai Kartanegara terhadap pertengahan abad ke-17, Kura-kura Mas menjadi milik Kerajaan Kutai Kartanegara sebagai pihak pemenang perang Perang selanjutnya terjadi dikala Kerajaan Kutai Kartanegara dipimpin oleh Aji Pangeran Sinom Panji Mendapa ing Martadipura (1605-1635 M).
Kura-kura Mas merupakan hadiah persembahan seorang pangeran berasal dari Cina sementara akan melakukan pinangan kepada keliru seorang putri Kerajaan Kutai yang bernama Aji Bidara Putih.
Kedatangan sang pangeran beserta rombongan beberapa kapal berasal dari Cina untuk meminang sang putri kelanjutannya diterima.
Sebagai ujud kesungguhan hati sang pangeran untuk memperistri Aji Bidara Putih, maka pangeran menghadiahkan beragam perhiasan yang terbuat berasal dari emas dan intan, keliru satunya adalah Kura-kura Mas.