Mitos yang Kerap Dikaitkan dengan Ilmu Hitam

Mitos yang Kerap Dikaitkan dengan Ilmu Hitam

Mitos
Mitos yang Kerap Dikaitkan dengan Ilmu Hitam

indoarkeologi.xyz – Legenda burong tujoh merupakan salah satu mitos yang berkembang di lebih kurang penduduk Aceh. Mitos ini konon kental bersama dengan formalitas mistis dan budaya di baliknya.

Dalam jurnal ilmiah berjudul Tinjauan Mendalam terhadap Mitos Burong Tujoh: Eksplorasi Mitologi Aceh oleh Ikbal Husni, Ira Novita Sari, dan Fitriani tertulis, burong tujoh tentang erat bersama dengan kepercayaan terhadap kebolehan magis dan pengetahuan hitam. Dalam bahasa Aceh, istilah burong sebetulnya merujuk terhadap dua arti.

Burong mampu diambil kesimpulan sebagai burung. Kata burong terhitung mampu mengacu terhadap roh jahat atau hantu yang diyakini mampu mempunyai malapetaka.

Konon, burong tujoh sengaja dipelihara oleh dukon (dukun) untuk melaksanakan tingkah laku jahat. Orang-orang yang memelihara burong tujoh kudu memberi tambahan sesajen sehingga tidak mempunyai malapetaka bagi pemiliknya.

Burong tujoh terhitung digambarkan sebagai makhluk hidup yang terbungkus kain kafan. Ia terjadi bersama dengan langkah melayang di atas tanah. Suara burong tujoh konon sama seperti suara wanita yang menangis tersedu-sedu.

Jika seseorang dirasuki burong tujoh, ia bakal mengalami sakit. Pada persoalan yang lebih parah, burong tujoh mampu memicu kematian.

Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, burong merupakan roh dari sosok wanita yang meninggal tidak wajar, seperti meninggal selagi melahirkan atau dikarenakan dibunuh. Konon, roh wanita tersebut tidak menerima bersama dengan kematian jasadnya, sehingga terus bergentayangan.

Mitos burong tujoh yang tentang bersama dengan pengetahuan hitam dan kebolehan magis ini konon kerap diasosiasikan bersama dengan angka sakral tujuh (tujoh) di dalam budaya Aceh. Dalam filosofi orang Aceh, angka ganjil merupakan bilangan khas yang sulit ditebak.

Kesakralan angka tujuh mampu diamati dari kuantitas hari di dalam sepekan, kuantitas langit, sampai kuantitas susunan bumi.

Selain itu, angka tujuh terhitung punya kandungan banyak sampena (tuah) bagi kehidupan penduduk Aceh. Pengambilan tuah itu kebanyakan memiliki tujuan untuk mengembalikan stimulan dari kehilangan identitas diri. Misalnya, orang yang kehilangan stimulan dikarenakan perihal jelek bakal bersampena bersama dengan hitungan satu sampai tujuh.

Burong Tujoh di Pulo Aceh Kampong Laping

Menurut penduduk di Pulo Aceh Kampong Laping, cerita timbulnya burong tujoh berawal selagi tersedia tujuh pemuda yang menghendaki membuka lahan bersama dengan menumbangkan pohon-pohon yang tersedia di lebih kurang kawasan Kampong Laping. Pohon di lahan seluas hampir satu hektare pun dirobohkan.

Saat pohon terakhir bakal ditumbangkan, tiba-tiba terjadi kebakaran di lahan tersebut. Mereka pun naik ke pohon rambung (bak arambong), tapi pohon tersebut terhitung turut terbakar.

Masyarakat sesudah itu menyebut kawasan itu bersama dengan nama jurong tujoh. Namanya sesudah itu beralih menjadi burong tujoh untuk hindari kemalangan yang sama.

Di zaman moderen ini, legenda burong tujoh ternyata masih dipercaya oleh sebagian penduduk Aceh. Burong tujoh sempat mengakibatkan peristiwa nahas di penduduk Aceh.

Pada 2021, di area Danau Paris di Aceh Singkil pernah terjadi peristiwa pembakaran sepeda motor dan perusakan tempat tinggal oleh masyarakat. Alasannya, sang pemilik tempat tinggal dikira melaksanakan praktik pengetahuan hitam dan memelihara burong tujoh.

Seiring berjalannya waktu, burong tujoh berkembang menjadi sebuah kepercayaan tradisional. Legenda ini terhitung mencerminkan nilai-nilai sosial penduduk Aceh, seperti pentingnya memelihara harmonisasi antara manusia dan alam serta pentingnya mengerti batasan moral dam spiritual.

Burong tujoh terhitung mencerminkan bagaimana penduduk Aceh mengerti angka tujuh sebagai simbol yang sakral. Hal ini menunjukkan bahwa mereka berpegang teguh terhadap kepercayaan tradisional bersama dengan dampak agama.

Created By indonesia arkeologi | Creative By indoarkeologi
indoPusaka