Mengintip Isi Prasasti Mpu Sindok di Mojokerto

indoarkeologi.xyz – Prasasti Mpu Sindok yang ditemukan di Situs Gemekan dibikin pada awal Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur. Prasasti berbahan batu andesit itu ditemukan di Dusun Kedawung, Desa Gemekan, Sooko, Mojokerto pada kedalaman 130 sentimeter berasal dari permukaan tanah.
Batu berukir aksara Jawa Kuno tersebut ditemukan bersama dengan posisi terguling bersama dengan bagian atas menghadap timur laut. Bagian bawah dan sisi kanan atas prasasti sudah pecah.
Tampak depan, prasasti Gemekan berbentuk aspek lima yang melebar ke bagian atas. Bagian puncak prasasti meruncing atau berbentuk prisma, tetapi bagian dasarnya dianggap datar karena sebagai dudukan prasasti. Tinggi prasasti yang tersisa 91 senimeter, lebar 88 sentimeter, tebal 21 sentimeter.
Isi prasasti menggunakan Bahasa Jawa Kuno diukir pada keempat permukaannya, depan, belakang, dan juga sisi kanan, dan kiri. Prasasti ini disebut termasuk prasasti catur wajah dan lima fragmen prasasti itu termasuk ditemukan di lokasi yang sama.
Beberapa kata-kata yang sudah diterjemahkan pada lain menjelaskan angka tahun 852 Saka atau 930 Masehi dan nama Sri Maharaja Rakai Hino Mpu Sindok. Prasasti ini termasuk menyinggung pembelian lahan bersama dengan 3 kati emas, dan juga nama daerah-daerah sebagai utusan yang melihat peresmian prasasti.
Prasasti Gemekan sudah mampu dipastikan dikeluarkan oleh Raja Mpu Sindok, Penguasa Kerajaan Mataram Kuno atau Medang. Satu tahun sebelum mengeluarkan Prasasti Gemekan, ia memindahkan kekuasaannya ke Jawa Timur pada 929 Masehi, jauh sebelum Majapahit berdiri. Mpu Sindok memerintah sampai 947 Masehi.
Seperti prasasti pada umumnya, Prasasti Gemekan termasuk berisi kutukan. Kutukan umumnya memang ditemukan di prasasti-prasasti lainnya bersama dengan kata-kata yang nyaris sama.
Narasi kutukan semacam ini termasuk banyak dijumpai pada prasasti-prasasti berasal dari masa sebelum Mpu Sindok. Kutukan ini bukan bagian inti berasal dari prasasti tapi cuma bagian berasal dari prasasti. Konon tujuannya adalah agar pada zaman dahulu tidak ada orang yang berani merusak atau menganggu prasasti tersebut.