Jejak Praktik Pesugihan dalam Sebuah Rumah Mungil

indoarkeologi.xyz – Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) merupakan keliru satu daerah di Sulsel yang dahulunya memadai dikenal punya banyak lokasi yang diakui masyarakat keramat. Sehingga tak hanya masyarakat setempat, dari luar daerah Sidrap yang mempercayai mitos tersebut, juga banyak yang singgah bersama dengan tujuan yang beragam. Di antaranya menjadikan lokasi itu sebagai daerah ritual pesugihan.
Salah satunya keberadaan Rumah Kabira. Dahulu, daerah keramat yang terdapat di antara Desa Bola Bulu, Kecamatan Pitu Riase dan Desa Bulu Cenrana, Kecamatan Pitu Riawa itu sering ramai dikunjungi oleh sejumlah warga yang tak hanya berdomisili di Kabupaten Sidrap, melainkan tersedia yang singgah dari daerah jauh hanya untuk jalankan ritual pesugihan.
“Kalau dulu, banyak warga dari luar Kabupaten Sidrap membawa sesajen lebih-lebih tersedia yang bermalam untuk jalankan ritual layaknya pesugihan. Tapi semua aktivitas sejenis itu tak tersedia kembali sejak tersedia pelarangan dari pemerintah setempat yakni Kepala Desa,” kata Andi, seorang warga Kabupaten Sidrap, Kamis (28/11/2019).
Ia mengaku tak menyadari sama juga cerita awal mula Rumah Kabira dijadikan sebagai lokasi pesugihan. Namun, yang tentu kata Andi, dahulu daerah berikut sebenarnya benar-benar ramai dikunjungi oleh warga dari Kabupaten Sidrap sendiri maupun dari luar Kabupaten yang dikenal sebagai daerah lumbung padi Sulsel itu.
“Yang saya dengar mereka tersedia yang singgah menghendaki nomer lotere sampai hal-hal yang berbentuk tak masuk akal. Tapi sekali kembali itu cerita dulu. Sekarang udah dilarang membuat ritual-ritual pesugihan di sana,” terang Andi.
Rumah Kabira Dahulu Tempat Persinggahan Raja
Salah seorang tokoh masyarakat setempat, Andi Ansarullah juga menyatakan tak menyadari sama juga siapa yang mengawali mengubah fungsi rumah-rumahan kecil yang dinamakan Rumah Kabira berikut menjadi daerah pesugihan.
Bahkan, tersedia yang sempat memasangkan kelambu berwarna merah terhadap Rumah Kabira tersebut. Cerita keramatnya pun makin menjadi bersama dengan banyaknya bekas sesajen di sekitar Rumah Kabira yang dimaksud.
“Dulu itu tersedia sekelompok warga dari luar sering singgah bersama dengan tujuan macam-macam. Salah satunya tersedia yang pernah diketahui singgah dan bermalam di Kabira untuk menghendaki nomer lotre,” terang Petta Ulla sapaan akrab Andi Ansarullah sebelumnya.
Lokasi Rumah Kabira yang pas berada di jalan masuk ke kawasan hutan dan diapit oleh puluhan makam tua yang tak diketahui identitasnya tersebut, membentuk kepercayaan masyarakat untuk mengkeramatkan Rumah Kabira.
Padahal dahulunya, kata Petta, yang ia ketahui Rumah Kabira merupakan daerah persinggahan para raja-raja atau Arung setempat untuk menyusun strategi hadapi tentara Belanda pas itu.
Salah satu raja atau Arung yang diketahui sering memanfaatkan Rumah Kabira sebagai daerah persinggahan terhadap jaman itu, yakni Andi Mappiabang atau Arung Lamerrang. Arung Lamerrang sendiri merupakan kakek dari Andi Ansarulla alias Petta Ulla.
“Cerita masyarakat pernah bahwa Rumah Kabira dijaga oleh ular gaib yang ukurannya memadai besar dan berwarna hitam pekat. Ular gaib itu kadang muncul lalu kembali menghilang,” tutur Petta Ulla.
Selain Rumah Kabira, lokasi sekitarnya pun juga turut dikeramatkan sebab keberadaan puluhan makam tua yang diyakini masyarakat setempat dijaga oleh lebih dari satu makhluk gaib di antaranya berbentuk kepala orang yang tergeletak di jalan menuju makam tepatnya di jembatan pertigaan.
Tak hanya itu, di jalan setapak menuju makam tua juga sering muncul sosok gaib bertubuh mungil memanfaatkan tongkat.
“Lantaran cerita masyarakat setempat itulah, dahulu Rumah Kabira makin dikaitkan bersama dengan kisah keramat. Bahkan, sempat warga setempat tak tersedia yang berani melintas di jalan setapak yang membelah kawasan hutan lokasi Rumah Kabira tersebut. Tapi seluruhnya suasana udah berubah tak tersedia cerita demikian,” terang Andi Isman warga setempat.
Sebagian warga, lanjut dia, dahulunya jadi lebih pilih memutar arah daripada menembus kawasan hutan Rumah Kabira, ketika menghendaki ke kampung sebelah atau menuju ke sawahnya yang berada di belakang kawasan hutan yang tetap satu lokasi bersama dengan Rumah Kabira tersebut.
“Tapi seluruhnya udah berubah. Cerita keangkeran perihal Rumah Kabira tidak tersedia lagi. Meski barangkali tetap tersedia yang tetap memelihara kelestarian ceritanya,” Isman menandaskan.